KLIP Ini merupakan ini seputar banjir bandang yang terjadi di Samosir. Dalam Klip ini menunjukkan Seorang namboru(ibu-ibu) menjerit menangisi jenazah maennya (keponakan perempuan) yang ditemukan tewas sekitar 30 meter dari lokasi rumahnya yang telah hancur, sementara empat anggota keluargannya seperti ibu dan tiga orang saudara masih dalam pencarian. PT.Toba Pulp Lestari (eks Indorayon) sebagai perusak lingkungan nomor wahid hutan alam di sekitar Danau Toba pemusnah jutaan pohon. Dan akhirnya kemarin malam alam pun sudah menunjukkan perlawanan kepada siapa saja yang mencoba mengganggu keseimbangannya. Kadang kenyataan memang tidak cukup adil, jika yang terkena dampak adalah bukan pelakunya justru masyarakat yang tidak dapat berbuat apa-apa, atau istilah yang menuai malapetaka bukan yang menaburnya. Namun yang jelas, kita tidak bisa sepakat dengan dalih apapun untuk membenarkan siapa saja perusak lingkungan. Sudah saatnya kita untuk menyadari dan menampar diri sendiri, menyalahkan diri masing-masing individu kita. Kita memang tidak tegas mencegah dan mengatakan berhenti bagi siapa saja yang berusaha merusak lingkungan, bahkan sebagian besar di antara kita tak melakukan apa-apa, seolah hidup pada planet lain. Mungkin kita tidak perlu bermimpi dulu untuk memperbaiki alam yang makin rusak ini tetapi paling tidak kita tidak perlu ikut berpartisipasi menambah kerusakannya dan mengatakan berhenti bagi siapa saja yang mencoba merusaknya. Sekedar, informasi terakhir dari seorang sahabat yang sedang berada disana, hingga saat ini beberapa korban masih belum bisa di temukan. Hanya bisa sejenak diam, tidak bisa membayangkan betapa sedih andai saja yang hilang terseret banjir bandang dan tertimbun itu adalah putri ataupun saudara, keluarga kita sendiri. Sekalipun sedang dirundung duka tetaplah berbesar hati dan tidak emosional dan mencoba memberikan sumbangsih solusi sekecil apapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar